Senin, 21 Juni 2010

AKU TIDAK PULANG / I'M NOT HOME




















Tugu Aman Dimot Kota Takengon, Aceh Tengah. Indonesia

Aku tidak pulang
Itulah kata-kata terakhir ia ucapkan
Kemudian tubuhnya lelah semakin lelah
Lalu musuh itu menangkapnya
Memasukkan granat ke mulutnya
Lalu terdengar suara
Bunyi yang amat keras
Dan tubuhnya berkeping-keping
Darah bersimbah
Dan bumi memerah

Runduklah pepohonan
Rerantinigpun tak dapat menahan sedih
Satwa menangis
Dan alam menitikan air mata
Tahu pejuang bangsa
Menghembuskan nafas terakhirnya

Aku tidak pulang
Itulah kata-kata terakhir ia ucapkan
Sebagai jawaban ajakan mari kita pulang
Untuk menghindar dalam pertempuran
Karena lawan datang tak terbilang
Sedang ia dan pejuang lainnya telah terkepung
Tak ada lagi tempat berlindung
Namun ia tetap tegar hati
Untuk memilih mati
Dan berucap, aku tidak pulang

Pejuang itu lahir di Tenamak, Isaq
Pada tahun 1920 itu berpendidikan sederhana
Mengaji al Quran di kampungnya
Namun setiap kata mengalir dalam darahnya
Menggetarkan hatinya
Menjadi gerak hidupnya
Di tahun 1945 pejuang itu
Menggabungkan diri
Dalam barisan Laskar Berani Mati
Lalu berjuang membela negeri

Begitulah pada hari minggu ketika itu
Di Gelengang Musara Alun masyarakat berhimpun
Bergemalah syalawat dan takbir
Diselingi irama syair
Bernada juang, pembangkit semangat
Melepas pejuang pergi ke garis depan
Yang diangkut dengan truk
Menuju Gayo Lues melintasi Alas
Yang akhirnya tiba di tanah Karo
Daerah perjuangan yang dituju

Hari ini kami mengenangmu
Sambil ingat jasa dan keberanianmu
Kami menundukan kepala
Sambil mengirim alfatihah untukmu

Banda Aceh, 14 februari 2008

Bahasa Inggris

I'M NOT HOME
For Safe Dimot

I did not come home
That's the last words he utters
Then his body more tired tired
Then the enemy was caught
Insert grenade into his mouth
A voice
The sound is very loud
And his body into pieces
Blood soaked
And the red earth

Runduklah trees
Rerantinigpun could not resist sorry
Creatures cry
And natural tears menitikan
Know warrior nation
Last breath

I did not come home
That's the last words he utters
For answer let us go home solicitation
To avoid the battle
Because the opponent comes countless
As he and other fighters have been besieged
No more shelter
However, he remained obdurate
To choose death
And say, I did not come home

Fighters were born in Tenamak, Isaq
In 1920 it was a simple uneducated
Recite the Quran in his village
But every word flowed in her blood
Vibrating heart
Into motion life
In the year 1945 that fighters
Affiliate
The Brave Warriors of the Dead row
Then fight to defend the country

That was on Sunday when it
In the assembled community Alun Gelengang Musara
Bergemalah syalawat and Takbir
Interspersed with verse rhythm
Pitched fighting spirit, pep
Remove the fighters went to the front lines
Transported by truck
Go across the Alas Gayo Lues
Which finally arrived in the land of the Karo
Struggle of the targeted areas

Today we remember you
As I remember the service and your courage
We bow the head
While you send alfatihah

Banda Aceh, 14 February 2008

Bahasa Arab

أنا لست الرئيسية
لDimot الآمن

لم أكن العودة الى الوطن
هذه هي الكلمات الاخيرة انه ينطق
ثم جسمه أكثر متعب متعب
ثم ألقي القبض على العدو
إدراج قنبلة في فمه
صوت
الصوت بصوت عال جدا
وجسمه إربا
غارقة في الدم
والأرض الحمراء

أشجار Runduklah
قد لا يقاوم Rerantinigpun آسف
مخلوقات صرخة
والدموع الطبيعية menitikan
تعرف أمة المحارب
آخر أنفاسه

لم أكن العودة الى الوطن
هذه هي الكلمات الاخيرة انه ينطق
للإجابة دعونا نذهب التماس المنزل
لتجنب المعركة
لأن الخصم يأتي عدد لا يحصى
كما انه كان وغيرهم من المقاتلين المحاصرين
لا مزيد من المأوى
ومع ذلك ، بقي عنيد
اختيار الموت
ويقول : لم أكن العودة الى الوطن

ولدوا في المقاتلون Tenamak ، اسحق
في عام 1920 كانت بسيطة غير المتعلمين
قراءة القرآن في قريته
لكن تدفق الدم في كل كلمة لها
اهتزازات في القلب
في حركة الحياة
في عام 1945 ان مقاتلين
انضم
ووريورز شجاع من الصف الميت
ثم قتال للدفاع عن البلاد

وكان ذلك يوم الاحد عندما
في تجميع Musara المجتمع Gelengang الون
Bergemalah syalawat وTakbir
ويتخلل مع إيقاع الآية
ضارية الروح القتالية ، تعافى
إزالة المقاتلين ذهبوا إلى الخطوط الأمامية
نقل بواسطة الشاحنات
انتقل عبر السفلس Gayo للأسف
التي وصلت أخيرا في أرض كارو
النضال من المناطق المستهدفة

اليوم نحن نتذكر لك
على ما أذكر هذه الخدمة وشجاعتكم
ونحن نحني الرأس
بينما تقوم بإرسال alfatihah

باندا آتشيه ، 14 فبراير 2008

Minggu, 20 Juni 2010

SAJAK SAJAK L.K. ARA / Poems - poems L.K. Ara
















Foto : Faza Rudi

HINGGA MALAM

Hingga malam harum mawar
Yang kau kirimkan masih terasa
Mungkin bukan hanya karena keharumannya
Tapi juga karena kalbuku lapar wewangian


SETITIK EMBUN

Syairku hanya setitik embun
Ingin memberi keteduhan
Bagi hati yang terluka


MUSIM

Betapa cepat musim berganti, katamu
Ya kita sama melihat
Dedaunan hijau berganti kuning
Untuk gugur ke bumi
Langit terangpun berobah mendung
Untuk kemudian hujan turun ke bumi

Kau dan akupun
Mengalami perubahan musim
Ah ingin kudengar ucapanmu
Lewat bisik
Betapa cepat musim berganti


SEMISAL

Semisal daun
Dapatkah melupakan
Ranting, cabang, pohon dan akar
Tempat daun memperolah
Warna hijau
Hingga kuning kemerahan

Semisal daun
Bagaimana dia bisa
Melupakan tempat dia hidup
Tapi dia bisa melupakan semua itu
Ketika benci pada kasih sayang

Jakarta, 2007


Bahasa Inggris

VERSE VERSE L. K. ARA














Foto : Rusni Budiati

TO NIGHT

Until the night fragrant roses
What you send is still felt
Maybe not only because the fragrance
But also because my soul was hungry fragrances


A bead of dew

Syairku just a speck of dew
Want to give shade
For a wounded heart


SEASON

How quickly the seasons change, you say
Yes we both saw
Green leaves turned yellow
To fall to earth
The sky was overcast changed terangpun
For then the rain came down to earth

You and I
Season change
Ah I want to hear your words
Through whispers
How quickly the seasons change


Such

Such leaves
Can forget
Twigs, branches, trees and roots
Place the leaf was able to obtain
Green
Up to reddish yellow

Such leaves
How could he
Forgetting where she lives
But he can forget all that
When hate love

Jakarta, 2007


Bahasa Arab

الآية الآية ال كيه آرا

ليلة

حتى ليلة عبق الورود
ما كنت لا تزال تشعر إرسال
ربما ، ليس فقط لأن العطر
ولكن أيضا لأن ونفسي جائعة العطور


حبة الندى

Syairku مجرد بقعة من الندى
يريد ان يعطي الظل
للحصول على قلب جريح


موسم

مدى سرعة تغير المواسم ، ويقول لك
نعم نحن على حد سواء رأى
أوراق الشجر الخضراء تحولت الصفراء
ليسقط إلى الأرض
وقد تغيرت السماء الملبدة terangpun
لثم جاء المطر إلى الأرض

أنت وأنا
موسم التغيير
آه أريد أن أسمع كلامك
من خلال همسات
مدى سرعة تغير المواسم


هذه

هذه الأوراق
يمكن أن ننسى
الاغصان والفروع والأشجار والجذور
مكان ورقة كان قادرا على الحصول على
أخضر
حتى أصفر ضارب الى الحمرة

هذه الأوراق
كيف يمكن ان
النسيان حيث تعيش
ولكن يمكن ان ينسى كل ما
عندما أكره الحب


جاكارتا ، 2007

Kamis, 17 Juni 2010

NONTON TARI CAMPAK / Watch DANCE Measles











Seribu soal yang memusingkan
Beban berat yang tak terpikulkan
Kini lenyap setelah tangan diayunkan
Dan tubuh di gerakkan, bisik mu

Musik campak membawa kita keawan
Pantun campak membawa kita ke rembulan
Dan dunia berputar lebih keras
Bagai darah kita yang menderas

Nonton tari campak
Mata terpacak
Menyaksikan gerak
Sederhana tak menghentak
Namun didalam diri
Ada rasa mengayun
Bagai butir embun di ujung daun
Jernih berkilau
Melupakan risau
Seribu soal
Meski hanya sebentar

Dendang, 29 Desember 2003

Bahasa Inggris

Watch DANCE Measles

A thousand questions that disturbs
Heavy burden not terpikulkan
Now disappears after the hand swing
And move your body, your whispers

Music brings us keawan measles
Pantun measles brings us to the moon
And the world revolves harder
How our blood that poured

Watch dance measles
Eye terpacak
Watching motion
Not simple snaps
But in the self-
There is a sense of swing
Like the dew point at the leaf tips
Sparkling clear
Forgetting worried
A thousand questions
Although only briefly

Dendang, December 29, 2003

Bahasa Arab

الحصبة مشاهدة الرقص

وهناك آلاف الأسئلة التي تزعج
عبء ثقيل لا terpikulkan
يختفي الآن وبعد التحول ناحية
وتحرك جسمك ، الخاص همسات

الموسيقى يقودنا keawan الحصبة
الحصبة Pantun يقودنا إلى القمر
والعالم يدور من الصعب
كيف دمائنا التي تدفقت

الحصبة مشاهدة الرقص
العين terpacak
يراقب الحركة
ليست بسيطة الطقات
ولكن في النفس
هناك شعور من الأرجوحة
مثل نقطة الندى على أوراق نصائح
تألق واضح
نسيان قلق
وهناك آلاف الأسئلة
على الرغم من فترة قصيرة فقط

Dendang ، 29 ديسمبر 2003








Selasa, 15 Juni 2010

BENTENG KUTE REH





















Benteng Kute Reh

l.

Benteng pertahanan
telah didirikan
tempat perlawanan
terhadap penjajah
Belanda yang durjana

Benteng Kute Reh
di Negeri Alas
di Aceh Tenggara
negeri yang subur
dan makmur

2.

Benteng Kute Reh
didirikan di lapangan
terbuka dan luas memandang
tapi tak jauh
dari Kute Reh
karena itu
benteng itu
diberi nama
Benteng Kute Reh

3.

Tinggi dinding benteng
dua meter
di atas dinding benteng
orang dapat berjalan
Disekeliling benteng yang tinggi
dibuat pagar bambu berduri
ditanam cukup tinggi


Di dalam benteng didirikan
rumah-rumah asrama pasukan
orang-orang yang bertahan
dan berjuang
membela keadilan

4.

Di dalam benteng
dibuat juga lubang perlindungan
tempat bersembunyi
bila keadaan genting sekali

Didinding benteng
dibuat juga lubang
untuk pengintaian
untuk penembakan

5.

Di benteng Kute Reh
ada satu taktik perjuangan
berkumpul dalam benteng
yang tangguh
menunggu datang musuh
pejuang pun bertahan
sungguh-sungguh

Senjata berlawan seadanya
ada pedang, ada rencong
ada tombak
dan beberapa bedil patok
tapi semangat berlawan
tinggi, dan habis-habisan

6.

Dengan senjata kuno itulah
rakyat dan pahlawan Alas
berjuang tak kenal menyerah
kaum pria kaum wanita
bahkan anak-anak
bertempur mati-matian

Mereka semua berjuang
untuk kampung halaman
dan tanah air
Mereka semua berjuang
untuk membela
kesucian agama
Islam yang dipuja

7.

Semangat berlawan
tinggi tak terkatakan
kaum kafir Belanda
datang membawa bencana

Semangat perang suci
semangat perang sabil
semangat mati syahid
menyala disetiap hati
dan orang Alas pun
bangkit berlawan
habis-habisan

8.

Dan si penjajah Belanda
datang berperang
ingin menang
ingin menguasai
negeri Alas
dengan alam lestari

Begitulah nafsu serakah
sang penjajah
ingin memperoleh daerah
ingin menjajah
negeri Alas yang berkah

9.

Bagi serdadu Belanda
menyerang negeri Alas
taklah begitu sukar
karena ia sudah hafal
ada pengalaman
negeri Gayo sudah dikalahkan

Tentu pembangunan benteng
senjata rakyat jelata
dan taktik perjuangannya
kurang lebih sama

l0.

Setelah jauh berjalan
pasukan Belanda beristirahat
di sebuah bivak
di Jamur Teldok

Pada tanggal sepuluh Juni
tahun seribu sembilan ratus empat
tepat hari jum'at
pukul tujuh pagi

overste Van Daalen memerintahkan
agar pasukan
bergerak dari bivak
ke kampung Gerger
sebuah kampung Alas pertama
yang mereka jumpa

ll.

Aneh, kampung Gerger kosong
tanpa penghuni lagi
rupanya mereka semua telah pergi
dan lumbung padi
kosong tak berisi
hanya sawah luas
ditiup angin
nampak hampir menguning

l2.

Belanda sangatlah cerdik
ia mulai menyelidik
dengan teropong diketahui
di atas bukit nun
di kampung Tanjung
ada pertahanan rakyat
tapi Belanda tak terpikat
mengganggu pertahanan rakyat

l3.

Pasukan Belanda
bergerak menyusuri
pinggir sungai Alas
sebelah kiri

Pasukan Belanda
bergerak berbondong-bongdong
menuju Lawe Bakong

l4.

Di Lawe Bakong
pasukan Belanda
mendapat perlawanan pertama
dari rakyat Alas
Bagai terlihat oleh mata
pejuang Alas menembaki
pasukan Belanda
yang bergerak
disebelah kanan kali

Kemudian pasukan Belanda
bertemu juga
dengan pertahanan rakyat
di kampung Ntualang
dan pertempuran
terjadi tak terelakkan

l5.

Pada pertempuran di Ntualang
pasukan Belanda menang
tapi pasukan Helling
tiba-tiba diserang
dengan kelewang
oleh pria dan wanita
dengan tangkas
dari pasukan Alas
yang sudah menanti
dibalik lumbung padi

Tapi serangan
dapat dipatahkan
dan jatuh korban
sembilan orang pria
empat orang wanita
seorang anak-anak
darah mereka merah
menyiram bumi Alas

l6.

Pasukan Belanda
terus berjalan
kini tiba di Lawe Sagu
pasukan siap tempur
sudah diatur

Tapi Lawe Sagu
bagai kampung bisu
telah kosong
melompong

Walaupun begitu
suara peluru
masih berbunyi
pasukan Belanda di tembaki
oleh orang Alas yang berani

l7.

Ketika menuju
benteng Kute Reh
pasukan Belanda
bergerak cepat
melalui Mbarong Prapat
dan Kute Ujung

kedua kampung itu
sudah kosong lebih dulu

Pasukan Belanda
dengan teliti
meninjau Kute Reh

l8.

Pasukan Belanda
segera tahu
bagian benteng
sasaran untuk menyerbu

Perintah disampaikan
kepada rakyat yang bertahan
di benteng Kute Reh

Disekitar benteng
pasukan Belanda
berpatroli
mengadakan perbersihan

l9.

Pasukan marsose
gerakan patroli
menggerebek tempat sembunyi
pasukan Alas yang berani
di kampung Lawe Kinge

Dan pertempuran
segera terjadi
lalu jatuhlah korban
dari fihak Alas
yang ingin bertahan
lima pria, lima wanita
dan sejumlah senjata
direbut serdadu marsose

20.

Pada tanggal l3 Juni
pukul 6.00 sore hari
dibivak pasukan Belanda
di Lawe Sagu
overste Van Daalen
mengumpulkan
opsir-opsir dan pasukan
untuk pengaturan
dan perintah
serangan
akan dilaksanakan
serangan umum
tanggal l4 Juni
serbu benteng Kute Reh
gunakan seluruh kekuatan
kerahkan pasukan marsose

2l.

Maka pada tanggal l4 Juni
pukul 7.l5 pagi
bergerak pasukan
dari bivak Lawe Sagu
ke Kute Reh benteng yang dituju
Pukul 7.55 pagi
pasukan kapten Scheepens
dan Lasander

telah melihat dari jauh
suasana benteng Kute Reh
nampak dinding benteng
yang curam
ditanami bambu berduri
di atas benteng
ada pula
bambu runcing

Penyerbuan dimulai
seluruh kekuatan
dikerahkan
ada ll brigade marsose
ada pasukan penyerbu
ada seksi mengawasi lapangan
ada pembantu umum dan ambulan

22.

Didalam benteng Kute Reh
ada sekitar 700 orang
pria dan wanita pejuang
mereka dipimpin
panglima gagah berani
ada Panglima Mamad
anak kejerun Bambel
ada Panglima Haji Jafar
adik Raja Cik Batu
ada Panglima Guru Leman
Panglima Ejem dan banyak lagi

Taktik dijalankan
para panglima ditugaskan
memimpin rombongan-rombongan
panglima Mamad bagian timur
panglima Guru Leman

dan panglima Ejem bagian selatan
serta panglima Haji Jafar
bagian utara dan barat kubu

23.

Melihat pasukan Belanda
datang menyerang
dipimpin kapten Scheepens
maju mendekat dinding kubu
panglima Guru Leman
memberi komando serentak
tembak...

Maka dari lubang
yang telah disediakan
bedil berbunyi
tak henti-henti
dor...dor...dor...
kapten Scheepens
berdarah kena bahu kiri
maka pasukan dibagian selatan
mundur porak peranda

24.

Melihat hal nyata
kapten Scheepens terluka
pada pukul 8.45 pagi
ketika matahari mulai tinggi
Van Daalen mengeluarkan perintah
tembak dan serbu

Pasukan Morris maju
mereka memanjat dinding
dan ketika dia membalik

memberi komando
serang...tembak...

Tiba-tiba pasukan
panglima Haji Jafar
melempar dengan tajam
lembing bercabang
dan pas kena
badan bagian belakang

25.

Pasukan marsose
bergerak cepat
mengepung benteng
dari segala penjuru

Pasukan marsose
sambil bergerak
adakan pameran
pameran kekuatan
menakuti-nakuti rakyat
dengan ancaman-ancaman
agar menyerah
kepada pasukan penjajah

26.

Ketika pasukan marsose
mendekati benteng
pejuang Alas
melepas
tembakan
dengan gencar
mereka melepas tembakan
semprotan dan semburan api

lemparan batu-batu
tombak-tombak
nampak bagai hujan
terdengar bagai suara hujan
demikian suasana
sebuah pertempuran
telah dituliskan
dalam sejarah perjuangan

27.

Dalam hujan peluru
dalam suara
hiruk pikuk tak menentu
komandan pasukan marsose
kapten Scheepens
bahunya ditembak
kena peluru
pejuang Alas

Tapi pasukan marsose
tak memperdulikan
perlawanan
dari rakyat Alas

Mereka serentak
cepat melompat
naik dinding benteng

28.

Dari atas benteng
pasukan marsose
dengan sangkur terhunus
melepas tembakan
ke segala penjuru

maka terdengarlah
suara gemuruh
bertalu-talu

Dalam suasana itulah
pasukan marsose
melompat kedalam benteng

Kedatangan mereka
disambut pejuang Alas
dengan gagah berani
oleh kaum pria
wanita dan anak-anak

29.

Pertempuran berkecamuk
suara tembakan hiruk pikuk
pergumulan seru
satu lawan satu
penggal memenggal
tikam menikam
dan serdadu marsose
memakai bayonet
menusuk setiap orang
penghuni benteng

Mayat bergelimpangan
tubuh pejuang Alas
rebah kebumi
mempertahankan negeri

30.

Serdadu marsose
nampak lebih ganas

dari pertempuran
yang sudah dilakukan

Serdadu marsose
membunuh semua
yang bernyawa
yang mereka jumpa
di dalam benteng
Kute Reh

Serdadu marsose
membantai habis
pejuang Alas
yang bertahan

3l.

Benteng Kute Reh
banjir darah
benteng Kute Reh
merah dan bau amis
oleh darah pahlawan
yang berjuang
mempertahankan negeri
habis-habisan

Lebih lima ratus
pejuang gugur
tubuh tersungkur
memeluk bumi
yang mereka cintai
para syuhada telah pergi
menemui Illahi Rabbi

Jakarta, 2006

Minggu, 13 Juni 2010

LAUT SIGLI / SEA SIGLI









Semua keluh kukirim kepadamu
Semua risau kubenam kelaut mu
Rasa kesal dan benci kusampaikan kepadamu
Rasa kawatir dan takut kuceritakan padamu
O, laut Sigli

Semua derita ku tumpahkan kepadamu
Semua rindu kunyanyikan untukmu
Rasa sunyi dan nyeri kukirim padamu
Rasa takluk dan menyerah rubuh kepangkuanmu
O, laut Sigli
Izinkan aku memanggilmu
Ibu

Sigli, 21 Juli 1986

Dari : "Dalam Mawar"

--------------

Bahasa Inggris

SEA SIGLI










Pantai Kuala Beukah, Pidie

All complained I sent to you
All your troubled sea kubenam
Resentment and hatred I give you
Feeling worried and afraid to tell you
O, sea Sigli

Pour unto all my pain
All missed'll sing for you
Feeling lonely and the pain I sent to you
Sense of submission and surrender collapsed kepangkuanmu
O, sea Sigli
Let me call you
Mother

Sigli, July 21, 1986

From: "The Rose"

-----------
Bahasa Korea

바다 Sigli

제가 당신에게 보낸 불평
모든 문제가 바다 kubenam
분노와 증오 내가 당신에게 줄
느낌이 걱정하고 말할 까봐
오, 바다 Sigli

부어 젊은 내 모든 고통
모든 missed'll 당신을 위해 노래
외롭고 내가 보낸 고통을 느낌
제출 센스와 항복 붕괴 kepangkuanmu
오, 바다 Sigli
내가 전화 할게
어머니

Sigli, 1986년 7월 21일

보낸 사람 : "은"로즈

----------
Bahasa Arab

البحر سيغلي

وشكا كل ما أرسلت لك
كل ما تبذلونه من kubenam البحر المضطرب
الاستياء والكراهية أعطيك
الشعور بالقلق والخوف أن أقول لك
يا أيها البحر سيغلي

صب بمعزل كلي ألم
جميع missed'll يغني لك
الشعور بالوحدة والألم التي ارسلتها اليك
بمعنى الرضوخ والاستسلام kepangkuanmu انهار
يا أيها البحر سيغلي
واسمحوا لي أن أدعوكم
والدة

سيغلي ، 21 يوليو 1986

من : "روز"

CATATAN MURID SD DI SEBUAH KOTA KECIL / NOTE STUDENT IN A SMALL-TOWN SD










Tugu Unsyiah di Banda Aceh

Inilah catatanku
Catatan murid SD
Di sebuah desa kecil
Yang jauh terpencil

Lewat buku
Yang berdebu
Aku tahu
Tentang sebuah desa
Dipinggir kota
Dibangun bersama – sama
Pejabat dan rakyat jelata
Yang kaya
Memberikan harta
Yang miskin
Menitikkan keringatnya
Bersama-sama
Mendirikan
Sebuah taman pendidikan

Lewat lembar yang berdebu
Yang ku buka satu-satu
Kubaca
Pikiran yang jernih
Niat yang tulus
Dari orang-orang pintar
Membangun
Sebuah taman pendidikan

Lewat lembar yang lepas
Kerena kurang bagus jilidnya
Kubaca
Sejumlah nama
Yang dapat kuhafal satu-satu
Nama yang melekat
Di kepalaku
Sebagai nama
Pohon-pohon dikebunku
Nama yang terus tumbuh
Nama orang yang berjasa
Nama yang tak bisa kulupakan
Kuukir dibatu sebisaku
Lalu kususun di bukit
Di desaku
Bukit itu seperti biasa
Selalu kena cahaya
Dan letaknya bangus
Setiap orang kekali
Orang akan memandangnya
Aku akan bangga
Bila orang desaku
Menyenangi ukiranku
Dan lebih bangga
Bila mereka tahu
Siapa nama yang ku ukir itu

Inilah catatanku
Catatan seorang murid SD
Di desa kecil
Yang belum pernah sempat
Berkunjung
Ke taman pendidikan
Yang kubaca
Dalam buku itu
Tapi aku tahu
Betapa jernih
Ia dalam benakku
Dan kupahat namamu
Dalam hatiku
Kadang-kadang sesekali
Mengalir dalam gumam
Darussalam, Darussalam

Gumamku di bawa angin
Sehingga gunung dan lembah
Menggemakan suara
Darussalam, Darussalam

Gumamku di bawa air
Lewat kali mengalir
Dan memercik suara
Darussalam, Darussalam

Gumamaku direbut awan
Yang terbang kelangit
Disana ia menjerit
Darussalam, Darussalam

Banda Aceh, 31 Agustus 1986

Dari "Dalam Mawar"

Bahasa Inggris

NOTE STUDENT IN A SMALL-TOWN SD








Gedung Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh

This notebook
Entry primary school pupils
In a small village
Far remote

Through the book
Dusty
I know
About a village
Edge city
Built together - same
Officials and ordinary people
Rich
Giving property
Poor
Shed sweat
Together
Establish
A garden education

Through the dusty sheets
What I go one on one
I read
A clear mind
Sincere intention
From smart people
Build
A garden education

Through a loose sheet
Volume work because they lack good
I read
A number of names
Who can know by heart the only one
Name inherent
In my head
As the name
Dikebunku trees
The name that continues to grow
Names of people who contributed
The name can not forget
Kuukir my best dibatu
Then on the hill kususun
In my village
The hill as usual
Always shining
And is located bangus
Everyone kekali
People would look at
I would be proud
When people of my village
Enjoys carvings
And more proud
If they know
Who carved my name is

This notebook
Notes of a primary school pupil
In the small village
Who have never had time
Visit
To the educational park
I read
In the book
But I know
Clear how
He is in my mind
And your name kupahat
In my heart
Sometimes occasional
It flows in a mumbled
Darussalam, Darussalam

I mumbled in carrying winds
So that the mountains and valleys
Echoing the sound
Darussalam, Darussalam

I mumbled in carrying water
Flowing through the times
And splashing sounds
Darussalam, Darussalam

Gumamaku cloud captured
Who flew to heaven
There he screamed
Darussalam, Darussalam

Banda Aceh, August 31, 1986

From "The Rose"

Sabtu, 12 Juni 2010

DOA SEORANG PENDAKWAH PROFESIONAL / PRAYER OF A PROFESSIONAL preachers









Tuhan
Hamba adalah seorang pendakwah profesional
Memang hamba lahir di kampung
Besar di kampung
Lalu bedakwah di kampung
Gambar hamba tak pernah tersiar
Di surat kabar
Hamba ini
Tak pernah muncul di TVRI
Tapi hamba tetap pendakwah profesional
Karena syarat untuk itu hamba penuhi
Hamba rajin membaca tentang agama
Dan tak lupa membaca tentang budaya
Termasuk sastra
Hamba faham pikiran Ghazali
Iqbal, Hamzah Fansuri, Ar-Raniri
A. Hasimy hingga Latief Rousdy
Hamba menguasai materi
Dan tahu kepada siapa dakwah di beri
Hamba fasih
Berkata-kata
Suara hamba merdu
Sering orang terpesona
Kalau hamba bicara
Orang banyak memuji
Pada diri hamba ini

Tuhan
Kadang kala datang rasa aneh
Rasa bangga
Ingin tepuk tangan
Ingin pujian
Inikah perasaan yang hamba pupuk
Bisa – bisa ini menjadikan
Kesombangan
Wah, ini celaka
Hamba tahu
Hamba hanya sebutir debu
Karena iu hamba malu
Hamba sangat malu

Tuhan
Beri hamba
Ketetapan hati
Untuk tetap rendah hati

Lhok Seumawe, 9 Januari 1987
dari : "Dalam Mawar"

Bahasa Inggeris

PRAYER OF A PROFESSIONAL preachers

God
Servant is a professional preachers
Indeed I was born in the village
Large village
Then in the ward bedakwah
Figure I never broke
Newspaper
This Servant
It never appeared in TVRI
But I remain professional preachers
Because of that I meet the requirements for
Diligent servant of reading about religion
And do not forget to read about the culture
Including literary
Ghazali's mind slave ideology
Iqbal, Hamzah Fansuri, Ar-Raniri
A. Hasimy until Latief Rousdy
Servant to master the material
And know to whom was given dawah
Servant fluent
Speechless
Tunable slave votes
Often people fascinated
If I talk
The crowd praised
In this my self

God
Sometimes it comes a sense of strange
Pride
Want to applause
Want to compliment
Is this the feeling of a servant of fertilizer
Can - this can make
Kesombangan
Wow, this wretched
I know
Servant of only a single dust
Because I embarrassed iu
Very shy slave

God
Give servant
Determination
To remain humble

Lhok Seumawe, January 9, 1987

Bahasa Korea

기도 전문가 설교자의

하나님
하인 전문 설교자이다
사실 나는이 마을에서 태어났습니다
대형 마을
그럼 구청 bedakwah에
그림은 내가 못 만져
신문
이 서번트
그것은 TVRI에 출연 못
하지만 전문적인 설교자 유지
내가 요구 사항을 충족하기 때문에 그
종교에 대한 책을 읽은의 근면한의 하인
그리고 문화에 대해서 읽어 잊지 마세요
문학 포함
Ghazali의 마음의 노예 사상
Iqbal의 Hamzah의 Fansuri, 아르곤 - Raniri
대 답 : Hasimy 까지 Latief Rousdy
하인 자료를 마스터
그리고 누구에게 dawah를 주던데 알고
하인 유창한
말문이 막힌
조정할 수있는 노예 투표
종종 사람들을 매료
내가 말하면
관중들이 칭찬
이 내 자신의

하나님
가끔은 감각이 오는 이상한
자존심
원하는 박수
원하 는 칭찬
이것은 비료의 종으로의 느낌인가요
수 -이 할 수
Kesombangan
와우,이 지옥 같은
나도 알아
하인 오직 하나의 먼지
내가 IU를 당황 때문에
매우 수줍은 노예

하나님
하인을 줘
결심
겸손을 유지하려면

Lhok의 Seumawe, 9, 1987 1월

NENEK YAMNUN / Grandma YAMNUN


nenek Yamnun
orang kata nenek yang pikun
usianya memang tua
(sekitar 80 tahun)
orang menyebutnya pikun
tapi ia tak merasa pikun
malah ia bilang
jangan saya disebut pikun

melakukan salat di Masjidil Haram
nenek Yamnun pergi bersama teman jamaah
ketika pulang ia terpisah
lalu pulang kepondokan sendirian
dibantu petugas lalu lintas
atau siapa saja yang ikhlas

nenek Yamnun tak suka disebut pikun
walau pergi ke kamar mandi saja
ia lupa pulang kekemahnya
nenek Yamun tak suka disebut pikun
walau ia sering bertanya
apa ia sudah salat atau belum

dalam perjalanan
menunuaikan ibadah haji
sekitar empat puluh hari
orang-orang diserang flu dan batuk
nenek Yamnun tidak
ia tak pernah pergi
kedokter kloter
nenek Yamnun tak terkena sakit perut
meski makanan sangat berbeda
dengan kebiasaannya

nenek Yamnun tak suka disebut pikun
waktu luangnya diisi dengan tekun
sebuah Quran kecil selalu berada
ditangan
dia baca tanpa suara
matanya menyala tanpa kaca mata
tasbih tak lepas dari genggaman
kadang sambil tiduran ia gunakan

nenek Yamnun
seluruh hidup diisi dengan tekun
zikir dimulut, zikir dihati
ganti berganti beralun-alun

Makkah, 5 Juni l993
dari: "Perjalanan Arafah"

Bahasa Inggeris

Grandma YAMNUN

grandmother Yamnun
They said that senile grandmother
old age is
(Approx. 80 years)
people call it senile
but he did not feel senile
Instead he said
I never called senile

perform prayers at Haram
Yamnun grandmother went with a friend pilgrims
when he came home separate
then go home alone kepondokan
Traffic officers assisted
or anyone who accepts

Yamnun grandmother did not like being called senile
even go to the bathroom alone
he forgot to go home kekemahnya
Yamun grandmother did not like being called senile
although he is often asked
what he had prayed or not

in travel
Hajj menunuaikan
about forty days
those who attacked the flu and cough
grandmother did not Yamnun
he never went
medical kloter
Yamnun grandmother was hit by a stomach ache
despite the very different food
with habitual

Yamnun grandmother did not like being called senile
leisure time is filled with diligence
always be a small Quran
hands
he read silently
his eyes light up without the glass eye
beads could not be separated from the grip of
sometimes he uses while sleeping

grandmother Yamnun
whole life is filled with diligence
mouth remembrance, remembrance hearts
replace the heave-square change

Mecca, June 5, l993

Bahasa Korea

할머니 YAMNUN

할머니 Yamnun
그들이 말하길 치매 할머니
늙은 나이가
(약 80 년)
사람들이 전화를 치매
치매하지만 그는 기분이 안
대신 그는 말했다
내가 치매 연락이 없다

Haram에서 수행기도
Yamnun의 할머니가 친구와 함께 갔다 순례자
집에 왔을 때 별도의
그리고 혼자 집에 갈 kepondokan
교통 임원 지원
수락이나 기타 어느 누구

Yamnun의 할머니가 안 호출되는 치매처럼
심지어 화장실에 혼자 가서
그는 가정 kekemahnya 가서 깜빡
Yamun의 할머니가 안 호출되는 치매처럼
그가 자주 물어 있지만
그가기도했던 일이 아니든

여행에서
Hajj의 menunuaikan
40 일 대한
사람들이 감기와 기침을 공격
할머니가 Yamnun 아니에요
그가 가본 적이
의료 kloter
Yamnun의 할머니가 배가 아파서 치였어요
아주 다른 음식에도 불구하고
습관적으로

Yamnun의 할머니가 안 호출되는 치매처럼
여가 시간은 성실 가득한
항상 작은 꾸란 수

그는 조용히 읽기
그의 눈은 유리 눈없이 빛
구슬이 그립에서 분리 수 없습니다
자는 동안 가끔 사용

할머니 Yamnun
인생은 성실 가득한
구강 기념, 기념 하트
당겨 평방 변화를 교체

메카, 6 월 5 l993

WANITA, SIAPAKAH ENGKAU / WOMEN WHO ARE YOU

wanita, siapakah engkau
yang melengos memandang kearahku
dia yang tidur
dipelataran Masjidil Haram
antara tempat sa'i
dan tempat mancur air zamzam

wanita, siapakah engkau
yang berwajah pucat
memandang dengan sayu kepadaku
dia yang lelah
rebah diatas kardus bekas
di pelataran Masjidil Haram
dan tempat mancur air zamzam

wanita, siapakah engkau
yang dibangunkan orang berpakaian ihram
lalu meraih uang satu real
kemudian engkau runduk
dan rebah lagi ke atas kardus bekas
di pelataran Masjidil Haram
dekat tempat sa'i dan air zamzam

wanita, siapakah engkau
yang tak pernah lagi perduli padaku
tak memandang tak melengos
badan rebah
berupa seonggok tubuh lelah
dan tidur dengan pulas

wanita, kucari engkau dalam diriku
dan kutemu
wanita engkaulah itu
engkaulah yang berwajah pucat engkaulah yang bermata sayu
wanita engkaulah itu
yang ketika aku masih kecil
kau izinkan kupetik ketimun dari
kebunmu
lalu kujual untuk biaya sekolahku
wanita, engkaulah itu
yang sebelum meninggal dulu
sempat bergurau denganku
kau minta dibayarkan resep obatmu
wanita, engkaulah itu
engkau adalah adik ibuku
yang telah lama pergi
dipanggil Illahi Rabbi

Makkah, 4 Juni l993

Dari : "Perjalanan Arafah"

------
Bahasa Inggris

WOMEN, Who are You

women, who are you
who looked away looked towards me
she is sleeping
Haram dipelataran
between places Sa'i
Zamzam water fountains and places

women, who are you
pale-faced
looked at me with glazed
she is tired
used boxes above the horizontal
in the courtyard of the Grand Mosque
Zamzam water fountains and places

women, who are you
which awakened people dressed in ihram
then reached a real money
then you Sniper
and fell again to the used boxes
in the courtyard of the Grand Mosque
near where Sa'i and Zamzam water

women, who are you
who never care about me anymore
do not look do not look away
horizontal body
a pile of tired bodies
and sleep well

woman, I'm looking you in me
and I found
You are the woman's
thou hast thou art pale-faced, wistful-eyed
You are the woman's
that when I was little
allow you picked cucumbers from
your garden
then sell it for my school fees
women, that thou art
that prior to die yet
had time to joke with me
you have paid your medicine prescription
women, that thou art
you are my mother's sister
which have been long gone
called Divine Rabbi

Mecca, 4 June l993

From: "Travel Arafat"

------------

Bahasa Korea

여자, 어디 있나

당신은 여성,
누가 멀리 날 향해 모습 모습
그녀가 자고
Haram의 dipelataran
장소 사이에 Sa'i
Zamzam 물 분수와 장소

당신은 여성,
얼굴 창백
날 유약을 바른 함께 보았다
그녀가 피곤해
위의 사용되는 상자의 수평
그랜드 모스크의 안뜰에
Zamzam 물 분수와 장소

당신은 여성,
어떤 사람들이 깨어 나길 ihram 입고
그때 진짜 돈을 도달
그때 당신은 스나이퍼
그리고 다시 사용하는 상자에 떨어졌다
그랜드 모스크의 안뜰에
근처 어디에 Sa'i과 Zamzam 물

당신은 여성,
누가 나에 대해 더 이상 신경 안
멀리 보이지 않는 보이지 않는
수평 몸
피곤 시체 더미
잘 주무

여자, 내가 당신을 찾고 있는데요
그리고 난 발견
당신은 여자의
HAST 그대의 그대 얼굴 창백, 곰곰 생각하는 눈이
당신은 여자의
내가 어렸을 때
허용 당신은에서 오이를 고른
당신의 정원
그때 우리 학교 수업료 위해 팔
여성, 그건 그대
저 아직 죽기 전에
시간을 나와 함께 농담을했다
귀하의 의약품 처방전을 가졌
여성, 그건 그대
당신은 내 어머니의 여동생입니다
어느 떠난지 오래되었습니다
신의 랍비라고

메카, 6월 4일 l993

: "여행 아라파트"에서

----------

Bahasa Arab

المرأة ، التي هي أنت

المرأة ، من أنت
الذي بدا بعيدا نحو بدا لي
وهي نائمة
حرام dipelataran
بين الأماكن الساعي
نوافير ماء زمزم والأماكن

المرأة ، من أنت
شاحب الوجه
نظرت في وجهي مع المزجج
انها تعبت
استخدام مربعات فوق أفقي
في باحة المسجد الحرام
نوافير ماء زمزم والأماكن

المرأة ، من أنت
الذي أيقظ الناس يرتدون الاحرام
الذي تم التوصل إليه بعد ذلك المال الحقيقي
ثم أنت قناص
وانخفض مرة أخرى والى صناديق المستخدمة
في باحة المسجد الحرام
قرب المكان الساعي وماء زمزم

المرأة ، من أنت
الذين لم يأبه لي بعد الآن
لا ننظر لاتلتفت
أفقي الجسم
كومة من الجثث متعب
والنوم جيدا

امرأة ، وأنا أبحث لك في داخلي
ولقد وجدت
كنت المرأة
انت يمتلك انت شاحب الوجه ، حزين العينين
كنت المرأة
انني عندما كنت صغيرة
تسمح اخترت الخيار من
حديقة الخاص
ومن ثم بيعها للرسوم مدرستي
المرأة ، التي انت الفن
أنه قبل أن يموت بعد
وكان الوقت لنكتة معي
أنت قد دفعت صفة الدواء الخاص
المرأة ، التي انت الفن
كنت شقيقة والدتي
وقد تم التي انتهت منذ فترة طويلة
ودعا الحاخام الالهي

مكة المكرمة ، 4 يونيو l993

من : عرفات السفر ""

Kamis, 10 Juni 2010

WANITA DARI LAMPADANG / Women From Lampadang



Ada seorang wanita dari Lampadang
Rumah dan kampungnya dibakar
Lalu ia menyingkir ke hutan rimba

Ketika remaja
Ia bukan gadis manja
Ringan tangannya
Bergunjing ia tak suka
Tak sombong ia
Tekun belajar agama

Langit bersih
Udara nyaman
Ketika itu
Tiba-tiba pasukan Belanda
Menyulut nyala
Membakar Mesjid Baiturrahman
Api marak tak tertahan

Wanita dari Lampadang itu
Keluar rumah buru-buru
Matanya merah
Menatap kobar api
Lalu menjerit
Wahai rakyat Aceh yang beriman
Lihat sendiri
Rumah suci
Mereka bakar dengan api
Nama Allah
Mereka cemarkan
Masikah kita
Mau jadi budak Belanda ?

Lalu
Semua orang
Keluar rumah
Pedang dan rencong
Dicabut dari sarong
Semua mereka berseru
Allahuakbar
Allahuakbar
Allahuakbar
Seketika pucuk rumput berdarah
Allahuakbar
Allahuakbar
Allahuakbar
Kolam-kolam berwarna merah
Allahuakbar
Allahuakbar
Allahuakbar
Langit berwarna merah
Allahuakbar
Allahuakbar
Allahuakbar

Orang Belanda
Kohler namanya
Jenderal pangkatnya
Tewas saat itu juga

Wanita dari Lampadang
Menyapu keringat di keningnya
Perlahan tersenyum ia
Melihat Belanda mundur
Surut bertempur

Jakarta, 1985
dari : "Dalam Mawar"

Bahasa Inggris dan Korea




WOMEN FROM LAMPADANG

There was a woman of Lampadang
Home and his village burned
Then he retreated to the jungle

When adolescents
He was not a spoiled girl
Lightweight hand
He did not like the gossiping
Not arrogant he
Studying religion

Clear skies
Comfortable air
When it
Suddenly the Dutch armed forces
Flame lit
Baiturrahman Mosque burning
Fire flare uncontrollably

Women from that Lampadang
Rush out of the house
Red eyes
Staring at the fire roaring
Then scream
O people of Aceh who believe
See for yourself
Shrine
They burn with fire
Name of God
They cemarkan
We Masikah
The Netherlands wants to be a slave?

Then
Everyone
Out house
Sword and rencong
Plucked from the sarong
All of them cried
Allah akbar
Allah akbar
Allah akbar
Immediately shoot the bloody grass
Allah akbar
Allah akbar
Allah akbar
Red pools
Allah akbar
Allah akbar
Allah akbar
Red sky
Allah akbar
Allah akbar
Allah akbar

Dutchman
Kohler name
General rank
Died on the spot

Women from Lampadang
Sweeping the sweat on his forehead
Slowly he smiled
Seeing the Dutch retreat
Fighting subsided

Jakarta, 1985

Bahasa Korea

여자 LAMPADANG로부터

거기 Lampadang의 여인이 있었다
가정과 그의 마을은 불타
그리고 그는 정글로 퇴각했습니다

언제 청소년
그는 철부지 소녀 아니 었어
경량 손
그는 안 험담처럼
오만하지 않은 사람
종교를 공부

하늘은 맑고
쾌적한 공기
언제
갑자 기 네덜란드 공군
불꽃 점화
Baiturrahman 모스크 굽기
소방 플레어 미친듯이

부터 그 여자 Lampadang
러쉬 집 밖으로
빨간 눈
불이 활활 타오르는 바라 봤죠
그럼 비명을 질러
아체의 O를 믿는 사람들
직접 보라
신사
그들은 화재와 화상
하나님의 이름
그들은 cemarkan
우리 Masikah
네덜 란드 노예가되고 싶다고?

그때
모 두
집 밖으로
검 및 rencong
사롱에서 축출
그들 모두 울었
알라신은 위대하다
알라신은 위대하다
알라신은 위대하다
즉시 피묻은 잔디를 쏘고
알라신은 위대하다
알라신은 위대하다
알라신은 위대하다
레드 웅덩이
알라신은 위대하다
알라신은 위대하다
알라신은 위대하다
붉은 하늘
알라신은 위대하다
알라신은 위대하다
알라신은 위대하다

네덜란드 사람
Kohler 이름
일반 순위
그 자리에서 사망

여자 Lampadang에서
그의 이마에 땀을을 샅샅이
천천히 그는 미소
네덜란드 퇴각을 보면
싸움이 가라 앉

자카르타, 1985


Komentar :

1. Safriandi Suri Tby
luar biasa wanita itu.saat tertembak di hutan lalu akan dipegang oleh oleh belanda utk dikash minum, beliau berkata, 'bek mat mat kee kaphe budok'

2. Sahura Katiara
TCut nya' dhien emang paling 0k!!

3. Mahdi Adun
luar biasa perjuangan ureung awai2........

4. Devi Sari
perlu d contoh dan di tiru

5. Dimas Arika Mihardja
Terima kasih,telah mengbadikan gairah dalam bingkai sejarah yang indah, pantang menyerah!

6. Alam Farisi Farisi
Cut nyak dhien adalah pahlawan bangsa aceh.Beliau juga byk bljr agma, tp dri photo2 nya tk pake penutup rambut?Apkh pelukis photo yg salah ?Prlu pelurusan.Krn sngt janggal seorg srikandi aceh klhtan rambut...

7. Tabrani Yunis
Puisi yang sangat menggugah, apalagi bisa dibaca oleh orang yang bukan hanya Indonesia. Selamat pak L.K.Ara

8. Ahmad Khamal Abdullah
srikandi yang abadi dalam tinta emas..

9. Uly Giznawati
wanita dari Lampadang yang gagah jelita, seorang Ibu dengan keberanian tekad,pada jiwanya tertanam iman kuat, menolak penjajahan tanpa kehilangan harga diri...cahaya bagi kegelapan

10. Halim Abe
hanya kerinduan dan airmata yg timbul setiap mbc kisah2 heroik wanita dari lampadang...

11. Ummi FaSha
Pak..mohon saya ditagged ya....catatan ini mengobarkan. thank you

12. Ria Febrina
Cut Nyak Dien dalam puisi :-)
Deksripsi Cut Nyak Dien membawa kita pada suatu masa, ketika ia memperjuangkan negara Indonesia.

13. Muh Rain
Pak L.K. Ara.. puisimu yang ini telah menjadi puisi wajib dalam banyak kegiatan lomba baca puisi di Aceh kita... Saya selalu terkesima baik saat membaca sendiri, mengkhidmati pembacaan peserta..

Sungguh menakjubkan.. Suara penyairku ini yang membatin lewat semangat juang puisi ini.

Subhanallah. Semoga Allah memberi pahala yang banyak buat penyair yang beribadah ini lewat puisi. Salam takjim dan terima kasih atas kiriman langsung puisi favorit saya ini.

14. Ramlee Wahab
...sungguh patriotik dan pahlawan kerana beliau memperjuangkan bangsa dan agama dan negaranya...sungguh pengorbanan itu dikenang bersama sejarah yg tak mudah hilang...!

15. L.K. Ara
Muh Rain, syukurlah klo begitu. puisi ini memang hanya dimuat dlm antologi yang dulu dicetak terbatas jadi sy kuatir tak tersebar. kini lewat fb insya Allah teman-teman bisa menyimpannya.

16. Zulhammi Hatta
Moga ja Ayahanda, Karya itu akan kami baca, kami intepretasikan... bahkan kami mengambilnya sebagai bahan diskusi kami... kebutulan kami punya sanggar yang juga mencoba mengenal tradisi dan sejarah Aceh.. Terimakasih Ayahanda, Mg sehat selalu...
Ananda Zulhammi, Di Banda Aceh...

17. L.K. Ara
Zul, syukur karya itu bisa juga dipakai utk bahan diskusi. Selamat berdiskusi ya.

18. Aroelika Munar
kobaran api. semangat perjuangan wanita lampadang. membangkitkan semangat pedang dan rencong.

19. L.K. Ara
Zul dan Aroelika, kalau mengadakan diskusi ttg puisi tertentu, mungkin boleh juga mengundang penyairnya.

Sabtu, 24 April 2010

Foto Seniman Didong













Syeh Midin Munte

























To'et dan Aman Tawar




















To'et dengan latar belakang Lut Tawar










To'et dan keluarga dirumah di Weh Nareh















Syeh Midin Munte











To'et dan keluarga dirumah di Weh Nareh











seorang dari Kuyun Pengrajin Teganing













Abadi Bintang




















Muhammad Basyir Lakkiki dan Abd Rauf saat menerima penghargaan dari LKGA (lembaga kebudayaan gayo alas) di Jakarta










To'et sedang bergaya di Pasar ikan Takengon
















Aman Tawar

Kamis, 22 April 2010

MEMBACA PUISI DIATAS BOEING 747

Oleh L.K.Ara

Ini pengalaman pertama saya membaca puisi di atas persawat udara Boeing 747. Ketika itu kami sedang melakukan perjalanan Jeddah - Jakarta. Saya yang tergabung dalam kloter 120 memperoleh kesempatan terbang meninggalkan Jeddah pada hari sabtu pukul 5.00 sore waktu setempat. Pesawat berbadan lebar itu terbang dengan kecepatan lk l0.000 perjam. Setelah meninggalkan kawasan Laut Merah kami terbang malam melintasi Lautan Teduh. Tak sedikit para jamaah telah tidur lelap, meski pesawat mendapat guncangan karena harus menembus gelombang awan tebal. Ketika memasuki wilayah Indonesia hari sudah subuh. Terdengar dari pengeras suara bahwa waktu salat sudah tiba.

Diminta para jamaah bersiap-siap melakukan tayammum. Kemudian kami melakukan salat subuh berjamaah. Selesai salat ada kuliah subuh pendek. Kemudian terdengar suara meminta saya membaca puisi. Saya ingat betul suara itu. Suara Drs Mashudi pimpinan kloter l20 yang sehari-harinya beliau adalah Kepala Kantor Dep. Agama Jakarta Pusat. Saya berjalan lebih kurang 30 langkah maju kedepan. Dengan alat seperti telepon yang bagian dalamnya dipencet saya mulai membaca puisi. Puisi pertama berjudul 'Tiba di Makkah'. Bunyinya sebagai berikut,

wahai kota suci
kota kelahiran Nabi
terimalah kami
datang dari jauh
lebih dari 70.000 km
telah kami tempuh

wahai kota suci
kota perjuangan Nabi
menjelang fajar kami tiba
jemari sejuk embun pun menerima

wahai kota suci
kota kerinduan
telah kami jejakkan kaki
di bumi Makkah
lalu wajah tengadah
mengucap syukur kepada Nya
atas undangan Nya
atas perkenan Nya
atas keridhaan Nya

Puisi ini saya tulis di Makkah pada tgl l9 Mei l993. Pada hari itulah kami sampai di kota kelahiran Nabi Muhammad SAW, setelah menempuh perjalanan kl 2 jam dari Jeddah. Memasuki Makkah kami melihat gerbang yang besar dan selanjutnya lampu yang menyala terang benderang. Entah mengapa tiba-tiba suasana pada munculnya fajar hari itu seperti meneteskan embun mengenai tubuh. Meski kami berada di dalam bus. Di sebuah pemberhentian bus memang ada seseorang membawa air zamzam, sambil menawarkan kepada kami dia berkata, halal, halal... Tawarannya saya sambut. Selesai minum saya ucapkan, syukran, terimakasih... Orang itu tersenyum dan menawarkan air zamzamnya kepada jamaah yang lain.

Tiba di pondokan kami segera mencari mesjid terdekat lalu melakukan shalat subuh. Selesai salat subuh para jamaah banyak yang mengucapkan, syukur, alhamdulillah, sudah tiba di kota suci Makkah. 'Di bumi Makkah /lalu wajah tengadah /mengucap syukur kapada Nya /atas undangan Nya / atas perkenan Nya / atas keridhaan Nya'.

Di Makkah kami tinggal di kawasan yang disebut Misfalah. Pondokan kami terdiri dari 6 lantai. Untuk mencapai lantai 2 hingga 6 ada sebuah lif. Disamping itu ada juga tangga. Disetiap lantai ada kamar mandi lengkap dengan wc. Sehari kami berada dipondokan nampaknya semua lancar, listrik nyala, air bagus dan lif lancar turun naiknya. Tapi pada hari kedua sudah mulai ada yang mengulah. Ketika jamaah sedang makan siang listrik mati.

Dapat dibayangkan apa yang dilakukan jamaah dan bagaimana perasaannya. Begitu juga ketika akan mandi dan mengambil air wudhuk untuk salat subuh pagi besoknya, air tak mengalir. Lif yang menghubungkan lantai demi lantai serig macet. Dan terpaksa jamaah turun naik tangga. Namun semua itu diterima jamaah dengan sabar. Maklum sejak awal ketika akan berangkat dari Indonesia para jamaah sudah dinasihatkan untuk membawa sabar berkarung-karung.

Puisi kedua yang saya baca setelah salat subuh itu mengenai pondokan atau hotel tempat kami menginap itulah. Judulnya, 'Maafkan Yang Punya Hotel, Ya Allah'. Bunyinya sebagai berikut,

ya Allah
maafkah yang punya hotel
tempat para jamaah menginap
karena layanan yang kurang memuaskan
lampu sebentar hidup sebentar mati
sehingga jamaah yang makan
meraba-raba dalam gelap
apa yang akan di suap

maafkan yang punya hotel, ya Allah
yang air untuk mandi dan wudhu'
sebentar hidup sebentar mati
lalu terpaksa mandi cara singkat
dan dari wc mulai tersebar harum yang menyengat

ya Allah
maafkan yang punya hotel
yang layanannya kepada jamaah kurang memuaskan
karena lifnya sering macet
sehingga jamaah harus naik turun tangga
ketingkat enam atau lebih
dan saat itu alangkah menderitanya
yang mengidap penyakit jantung atau asma

Pada bagian akhir puisi ini saya kemukakan juga bahwa yang punya hotel dalam perjanjian menyebut bahwa hotelnya bagus. Listrik bagus, air mengalir dan lif baik turun naiknya. Walaupun tak sesuai dengan perjanjian para jamaah lebih banyak mengalah. Maklumlah mereka datang ke Makkah untuk beribadah. Sehingga para jamaah tak ada yang berkata kasar meski dalam hati mungkin ada yang merasa kesal. Bunyi puisi pada bagian akhir itu, sebagai berikut :

ya Allah
maafkan yang punya hotel
yang menurut janji semua akan beres
air pasti ada, aliran listrik bagus
dan lif baik turun naiknya
ya Allah
maafkan yang punya hotel
karena jamaah yang ratusan jumlahnya
tetap sabar meski ada satu dua yang kesal
tapi tak sampai mengeluarkan kata-kata kasar

Misfalah, Makkah, 28 Mei l993.


Membaca puisi diatas pesawat subuh itu saya rasakan kurang lebih sama dengan membaca puisi didalam studio. Bedanya di studio kita dibatasi dinding dan tak berhadapan dengan pendengar atau penonton. Sedang diatas pesawat kita tidak dibatasi dinding. Dan dapat berhadapan dengan para pendengar. Tetapi situasi pesawat dan alat pengeras suara membuat saya harus duduk membacakan puisi-puisi itu. Belum lagi lampu penerangan yang hanya samar yang dinyalakan dalam ruangan sehingga pembaca hampir tak kelihatan. Namun demikian suara yang disampaikan lewat alat semacam telepon itu cukup jelas kedengaran. Ini saya ketahui kemudian setelah bertemu dengan H. Rafiqoh Darto Wahab salah seorang jamaah kloter l20 yang ikut mendengar pembacaan puisi hari itu.

Puisi ketiga saya tulis di Madinah. Puisi berjudul 'Ya Allah Jadikan Hamba' itu ditulis setelah beberapa kali salat di mesjid Nabawi. Begini bunyinya,

ya Allah
jadikan hamba
angin Madinah
agar dapat menggapai
puncak mesjid Nabawi

ya Allah
jadikan hamba
gerimis Madinah
agar dapat menyiram
dan membasuh tubuh
mesjid Nabawi

ya Allah
jadikan hamba
mata seorang pengunjung Madinah
yang tak bosan-bosan
menikmati keindahan
mesjid Nabawi

ya Allah
jadikan hamba
tangan seorang buta
pengelana Madinah
yang tak pernah lupa
lekuk bentuk
pintu mesjid Nabawi

ya Allah
jadikan hamba
kaki seorang perindu Madinah
yang tak pernah lelah
sehari lima waktu
tersungkur di mesjid Nabawi

ya Allah
jadikan juga hamba
jadi belalang Madinah
yang dengan riang
mengerubungi lampu mesjid Nabawi
kemudian setelah terbakar cahaya
ia mati

Madinah, 23 Juni l993


Apakah yang terasa pada diri saya selama membaca ketiga sajak diatas pesawat terbang dengan kecepatan sekitar l0.000 km per jam itu? Saya merasa seperti berada dalam sebuah gedung. Kemudian ketika membaca saya membayangkan kembali suasana tempat apa yang terlukis dalam puisi itu. Terbayang dikepala saya kota Makkah pagi hari, wilayah Misfalah tempat pemondokan serta mesjid Nabi Muhmammad SAW mesjid Nabawi. Sebuah mesjid dengan menara tinggi dan indah, ruangan yang sejuk dan penuh dengan ukiran yang mempesona.

Bahwa pesawat kadang-kadang menembus awan tebal sehingga mengakibatkan ada goncangan-goncang kecil tak terasa lagi. Saya ingat-ingat kemudian, membaca puisi diatas pesawat yang jaraknya dari bumi sekitar 7000 m menarik juga. Untuk hal seperti itu, itulah pengalaman saya pertama.***


(dari: “Perjalanan Arafah”, sajak-sajak L.K.Ara, Abadi Grup, Jakarta, 1994)

Minggu, 18 April 2010

Foto Sastrawan





















Sitor Situmorang











To'et dan Johan. A










Usman Awang dan Slamet Sukirnanto











T.S.Ratnawangsa di Brunei Darussalam










Para Penyair Aceh Baca Puisi di Pantai Meulaboh











Sutarji C. Bahri pada acara pertemuan Sastrawan ASEAN di Jabbal Ghafur Sigli













DR. Darwis A. Sulaiman di Malaka











Sutarji C. Bahri dan Nurdin A.R dalam pertemuan Sastrawan ASEAN di Jabbal Ghafur Sigli










Rendra dan rombongan di Danau Toba











Rendra dan rombongan di Danau Toba











Tan Sri Ismail Husen di Istana Bogor dalam pertemuan Sastrawan













A. Hasymi










A. Hasymi dan Tan Sri Ismail Husen










Penyair Brunai dan T.S Ratnawangsa










Penyair Brunai dan T.S Ratnawangsa














Abdullah Husen Sastrawan dari Langsa










WAPRES Adam Malik dan para Sastrawan










Kali Kobat di rumah nya di Kebet Bebesen


































A. Karim Kobat










Tgk. Khalidin
















































































L.K. Ara, A. Hasymi, Hafsyah dan Taufik Ismail di sebuah tugu di Banda Aceh










L.K. Ara, A. Hasymi, Hafsyah dan Taufik Ismail














Nurdin A.R














Abdul Hadi. W. M










Rendra, Sitar Situmarang dan Slamet Sukirnanto










T. Ilyas Lebe










A. R. Hamkim Aman Pinan










A. Karim Cobat










Sutarji Calrum Bahri










Hamid Jabbar dan Kemala










Hamid Jabbar










Usman Awang dan Ikranegara










T.A. Talsya














A. Hasymi