L.K.Ara
Dengarlah burung tang tut bernyanyi
Tut…tang…tut…tang…tut
Ia menyanyi sepanjang hari
Sepanjang pantai
Dengan suara parau
Burung itu menyanyi
Tut…tang…tut…tang…tut
Dengarlah burung tang tut bernyanyi
Tut…tang…tut…tang…tut
Burung kecil berwarna hijau
Berparuh kuning kemilau
Terbang sepanjang pantai
Kadang dengan rasa risau
Ia bernyanyi tut…tang…tut…tang…tut
Bangun dari tidurnya yang lama
Ia kaget dan memeriksa tubuhnya
Setengah tak percaya
Dari manusia
Kok tiba-tiba
Jadi burung jelita
Burung kecil berwarna hijau
Berparuh kuning kemilau
Akulah si bungsu
Yang mencari kakakku, bisiknya
Si Sulung kakak si Bungsu
Telah pergi berlayar sendiri
Ke laut lepas tak bertepi
Mencari rezeki
Ketika si Bungsu mengambil
Tang dan catut
Untuk menambal perahu mereka
Yang bocor
Dengarlah burung tang tut bernyanyi
Tut…tang…tut…tang…tut
Burung kecil
Kadang dalam gigil
Tertatih merambat pantai
Ia bernyanyi tut…tang…tut…tang…tut
Tinggallah rumah panggung
Berwajah murung
Tinggallah rumah berdinding kulit kayu
Dengan mata sayu
Tinggallah rumah beratap rumbia
Dipayungi awan duka
Tinggallah tiang-tiang tinggi
Dibalut sunyi
Akankah burung tang tut
Sesekali terbang
Menjenguk rumah panggung yang murung
Rumah rumbia yang duka
Rumah bertiang tinggi yang sunyi
Dengarlah burung tang tut bernyanyi
Tut…tang…tut…tang…tut
Burung kecil
Membawa nasib
Terbang melayang
Menyusuri pantai
Menempuh lingkungan sunyi
Memasuki guha sunyi
Sendiri
Ia bernyanyi tut…tang…tut…tang…tut
Pangkalpinang, Bangka , 22 Nop 2004
-----------
SUNGAI BUDING
Engkaulah sungai pertama
Yang membasuh kakinya
Dari Lumpur dan debu
Dari perjalanan jauh
Ketika menjejakkan kaki
Pertama kali
Di Belitung ini
Engkaulah sungai pertama
Yang membasuh tubuhnya
Dari daki dunia
Dalam kembara
Engkaulah sungai pertama
Yang membasuh wajahnya
Ketika shalat pertama
Suatu hari
Di Belitung ini
Engkaulah sungai pertama
Yang memberi kesejukan
Yang menerima kehadiran
Ketika mengadakan perjalanan
Menuju daratan
Tempat musafir mampir
Syeh Abubakar Abdullah
Untuk sekian lama
Menyebar agama
Sungai Buding
Sungai yang bening
Engkaupun tahu
Ketika tamu mu yang satu itu
Meninggal dunia
Mayatnya dibungkus
Dengan kulit kayu Kepang
Maka tersebarlah harum wangi
Padahal sudah dikubur 20 hari
Lalu digali
Dan sesuai pesanmu
Mayatmu dikubur
Diantara bumi dan langit
Dan tempat itu ditafsirkan
Di gunung Tajam
Manggar – Toboali, Bangka Belitung, 8-25 Juni 2004
----------
SUNGAI LENGGANG MELENGGANG
Sungai Lenggang melenggang
Dan Saderi pun melenggang
Sungai Lenggang melenggang
Membawa celoteh alam sekitar
Dan Saderi pun melenggang
Membawa nyanyian kocak yang segar
Sungai Lenggang melenggang
Membawa merdu nyanyian gunung
Dan Saderi pun melenggang
Membawa syair kedalaman renung
Sungai Lenggang melenggang
Membawa arus air ke kuala
Dan Saderi pun melenggang
Membawa suara hati ke laut jiwa
Sungai Lenggang
Memberi nyanyi pada Saderi
Dan Saderi
Memberi puisi pada Sungai Lenggang
Mereka memang saling berlenggang
Dan saling gantung bergantung
Di Kampung Gantung
Manggar, Bangka Belitung, 7 Juni 2004
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar