Rabu, 24 Maret 2010

NYANYIAN BURUNG TANG TUT

L.K.Ara

Dengarlah burung tang tut bernyanyi
Tut…tang…tut…tang…tut
Ia menyanyi sepanjang hari
Sepanjang pantai
Dengan suara parau
Burung itu menyanyi
Tut…tang…tut…tang…tut

Dengarlah burung tang tut bernyanyi
Tut…tang…tut…tang…tut
Burung kecil berwarna hijau
Berparuh kuning kemilau
Terbang sepanjang pantai
Kadang dengan rasa risau
Ia bernyanyi tut…tang…tut…tang…tut

Bangun dari tidurnya yang lama
Ia kaget dan memeriksa tubuhnya
Setengah tak percaya
Dari manusia
Kok tiba-tiba
Jadi burung jelita
Burung kecil berwarna hijau
Berparuh kuning kemilau

Akulah si bungsu
Yang mencari kakakku, bisiknya

Si Sulung kakak si Bungsu
Telah pergi berlayar sendiri
Ke laut lepas tak bertepi
Mencari rezeki
Ketika si Bungsu mengambil
Tang dan catut
Untuk menambal perahu mereka
Yang bocor

Dengarlah burung tang tut bernyanyi
Tut…tang…tut…tang…tut
Burung kecil
Kadang dalam gigil
Tertatih merambat pantai
Ia bernyanyi tut…tang…tut…tang…tut

Tinggallah rumah panggung
Berwajah murung
Tinggallah rumah berdinding kulit kayu
Dengan mata sayu
Tinggallah rumah beratap rumbia
Dipayungi awan duka
Tinggallah tiang-tiang tinggi
Dibalut sunyi

Akankah burung tang tut
Sesekali terbang
Menjenguk rumah panggung yang murung
Rumah rumbia yang duka
Rumah bertiang tinggi yang sunyi

Dengarlah burung tang tut bernyanyi
Tut…tang…tut…tang…tut
Burung kecil
Membawa nasib
Terbang melayang
Menyusuri pantai
Menempuh lingkungan sunyi
Memasuki guha sunyi
Sendiri
Ia bernyanyi tut…tang…tut…tang…tut

Pangkalpinang, Bangka , 22 Nop 2004
-----------

SUNGAI BUDING

Engkaulah sungai pertama
Yang membasuh kakinya
Dari Lumpur dan debu
Dari perjalanan jauh
Ketika menjejakkan kaki
Pertama kali
Di Belitung ini

Engkaulah sungai pertama
Yang membasuh tubuhnya
Dari daki dunia
Dalam kembara
Engkaulah sungai pertama
Yang membasuh wajahnya
Ketika shalat pertama
Suatu hari
Di Belitung ini

Engkaulah sungai pertama
Yang memberi kesejukan
Yang menerima kehadiran
Ketika mengadakan perjalanan
Menuju daratan
Tempat musafir mampir
Syeh Abubakar Abdullah
Untuk sekian lama
Menyebar agama

Sungai Buding
Sungai yang bening
Engkaupun tahu
Ketika tamu mu yang satu itu
Meninggal dunia
Mayatnya dibungkus
Dengan kulit kayu Kepang
Maka tersebarlah harum wangi
Padahal sudah dikubur 20 hari
Lalu digali
Dan sesuai pesanmu
Mayatmu dikubur
Diantara bumi dan langit
Dan tempat itu ditafsirkan
Di gunung Tajam

Manggar – Toboali, Bangka Belitung, 8-25 Juni 2004
----------

SUNGAI LENGGANG MELENGGANG

Sungai Lenggang melenggang
Dan Saderi pun melenggang

Sungai Lenggang melenggang
Membawa celoteh alam sekitar
Dan Saderi pun melenggang
Membawa nyanyian kocak yang segar

Sungai Lenggang melenggang
Membawa merdu nyanyian gunung
Dan Saderi pun melenggang
Membawa syair kedalaman renung

Sungai Lenggang melenggang
Membawa arus air ke kuala
Dan Saderi pun melenggang
Membawa suara hati ke laut jiwa

Sungai Lenggang
Memberi nyanyi pada Saderi
Dan Saderi
Memberi puisi pada Sungai Lenggang
Mereka memang saling berlenggang
Dan saling gantung bergantung
Di Kampung Gantung

Manggar, Bangka Belitung, 7 Juni 2004

WAHAI PENYAIR

L.K.Ara

wahai penyair
apa yang dapat kau nyanyikan
tentang ujung jari alam
yang duduk dalam diam
tentang tetes embun
diujung daun
tentang mata air
yang lahir dari balik batu
tentang berbagai akar
yang menjalar menegakkan pepohonan
tentang butir pasir
yang bersenda bersama kecipak air
tentang batang yang hanyut
yang tak pernah dipungut
tentang rimbun dedaunan
bergelombang menikmati kehijauan
tentang cabang dan ranting
yang tumbuh tegak atau miring
tentang daunan layu
mengabdi pada bumi
gugur menjadi pupuk
tentang angin yang berdesau
menghibur alam yang risau

Belang Kejeren, 30/8/99
---------------

L.K.Ara

JEMBATAN RIKIT GAIB

petang itu
ketika berada diatas jembatan Rikit Gaib
serasa dapat kuingat
bekas kakiku kecil
yang dulu melintas dikali

sekian puluh tahun yang lalu
kaki kembara ini
menembus hutan, lembah dan sungai
dan dimalam hari
bernyanyi bersama bintang gemintang

petang itu
ketika berada diatas jembatan Rikit Gaib
sungguh kuingat
seorang sahabat
yang setia berjalan bersama
tapi kini entah dimana

sekian puluh tahun yang lalu
jiwa kembara ini
berkelana dari desa ke desa
dan dihari yang panas
rimbun daun memberi keteduhan

Rikit Gaib, 2/9/99

JEMBATAN RIKIT GAIB

L.K.Ara

petang itu
ketika berada diatas jembatan Rikit Gaib
serasa dapat kuingat
bekas kakiku kecil
yang dulu melintas dikali

sekian puluh tahun yang lalu
kaki kembara ini
menembus hutan, lembah dan sungai
dan dimalam hari
bernyanyi bersama bintang gemintang

petang itu
ketika berada diatas jembatan Rikit Gaib
sungguh kuingat
seorang sahabat
yang setia berjalan bersama
tapi kini entah dimana

sekian puluh tahun yang lalu
jiwa kembara ini
berkelana dari desa ke desa
dan dihari yang panas
rimbun daun memberi keteduhan

Rikit Gaib, 2/9/99