Senin, 22 Maret 2010

CHIK PANTEE KULU PENYAIR HIKAYAT PRANG SABI

Oleh L.K.Ara

Berada di kuburan Tgk Chik Pantee Kulu suatu hari mengundang perasaan sejuk dan teduh. Kuburan penyair besar itu berada dibawah lindungan pohon besar. Tak ada tanda-tanda istimewa. Kuburan sederhana dibangun dari marmar berwarna putih serta dikelilingi kawat berduri. Memandang kuburan itu saya teringat baris puisi Taufiq Ismail, “Allah berkahi kiranya penyair besar ini/Beri dia firdaus seluas langit dan bumi/Di alam yang dimensi waktunya tak dapat dikira/Dia telah menulis puisi yang berfaedah/Bepuluh tahun bilangannya/Buat berpuluh juta manusia”.

Tgk Chik Pante Kulu dikenal sebagai pengarang Hikayat Perang Sabi. Dia dilahirkan tahun l25l H (l836 M) di desa Pante Kulu, Kemukiman Titeue, Kecamatan Kemalawati, Kabupaten Pidie, Aceh. Nama lengkapnya Tgk Chik Haji Muhammad Pante Kulu.
Mula-mula ia belajar Al Quran dan ilmu-ilmu agama Islam dalam bahasa Melayu (Jawi). Kemudian melanjutkan pelajarannya pada 'Dayah Tiro' yang dipimpin Tgk Haji Chik Muhammad Amin Dayah Cut, seorang ulama Tiro yang kebetulan baru pulang menunaikan ibadah haji di Mekkah.

Chik Pante Kulu pernah belajar di Mekkah. Puisi 'Hikayat Perang Sabil' ditulisnya dalam perjalanan Mekkah-Aceh. Dia menulis dengan kalam dalam tuisan Arab berbahasa Aceh.

Hikayat Perang Sabil terdiri dari 4 kisah yakni, kisah Ainul Mardijah, kisah Pasukan Gajah, kisah Sa'id Salmy dan kisah Budak Mati Hidup Kembali.

Pada kisah Ainul Mardijah dilukiskan mimpi seorang pemuda sedang dalam perjalanan kemedan perang. Dalam mimpi itu dilukiskan dia memasuki taman sorga dengan sungai yang berair jernih. Didalam sungai itu dara-dara jelita sedang mandi. Seorang dara tercantik sebagai ratunya bernama Ainul Mardijah. Dara-dara itu diperuntukkan bagi orang-orang yang mati syahid dalam Perang Sabi.

Mari kita dengar percakapan antara pemuda dengan dara-dara sorga itu,

(terjemahan):'Assalamualaikum, dara pilihan/dimana gerangan tunangan hamba?/Ainul Mardijah puteri rupawan/Ditempat mana dia bertakhta?/'Alaikumsalam, kekasih Allah /Alhamdulillah tuan kemari/Ziarah tunangan Ainul Mardijah/Hadiah Allah Ilahi Rabbi. Berbahagialah tuan pahlawan kami/Rasalah pahala wahai mahkota/Hadiah jihad mujahid berani/Puteri menanti dalam sorga. Mari pahlawan mujahid budiman/Gegas berjalan sebentar lagi/Nun disana didalam taman/Tuan puteri rindu menanti. Apalah arti kami ini/Dayang pelayan gaharu tuanku/Pergi oh, tuan lekas pergi/Disana tunangan memendam rindu'

Hikayat Perang Sabi merupakan karya besar penyair Chik Pante Kulu. Sebagai sastra perang, ketika itu dibaca secara luas di Aceh. Dan sebagai akibat setelah membaca puisi itu, orang orang turun kegelanggang untuk berperang.

Pernah terjadi setelah mendengar hikayat Perang Sabi didendangkan pada malam hari, besoknya dua orang pemuda membawa rencong turun ke jalan lalu menikam tentara Belanda.

Karena itulah Belanda melarang menyimpan buku Hikayat Perang Sabi. Pada masa itu bila ditemukan orang menyimpan buku puisi Perang Sabi, pihak Belanda akan menangkap dan menghukumnya.

Pada bagian lain Hikayat Perang Sabi dapat pula kita nikmati keindahan ungkapan dan isi yang padat dengan unsur ke Tuhanan. Mari kita ikuti petikannya dibawah ini (terjemahan),“Dan jiwamu...dengar kukatakan maknanya kini/Pemberian Tuhan Rabbul Alamin/pada orang mukmin jalan sejahtera/Lepas dari azab hari kemudian/diberikan Tuhan kelak surga /Jannatul Adnin Tuhan namakan/nikmat nian tiada terkira/Apa yang tergerak dalam hati/segera nyata ke situ tiba. Karunia Khalik Rabbul Jalil/yang berperang sabil sangat mulia/Bidadari tujuh puluh orang /khadam sekalian muda-muda/Begitu firman Rabbul Jalil/jangan diam lagi wahai saudara/Berangkatlah teungku memerangi kafir/jangan sayangi akan harta/Seluruh harta anda wahai taulan/dengan kekayaan Nabi Sulaiman secuil tiada.”

Masaalah harta lebih jauh disinggung oleh Chik Pantee Kulu bahwa apalah guna harta banyak jika tidak dapat membantu orang yang membutuhkannya. Bahkan bila tidak pada tempatnya menggunakan harta bisa-bisa celaka bagi yang memilikinya. Dibayangkan bila seseorang meninggal maka harta yang banyak yang berupa kemegahan itu akan tinggal. Ungkapan Chik Pantee Kulu begini bunyinya, (terjemahan),

Camkanlah wahai sahabat,
untuk apa megah banyak harta
Jika mengabaikan suruh hudarat,
pedih azab Nya dalam neraka

Telah anda dengar semua yang megah,
adakah faedahnya wahai saudara?
Ia pun mati kemegahan tertinggal,
azab Allah dalam neraka

Apakah yang mendorong penyair Chik Pante Kulu menulis Hikayat Perang Sabi? Mungkin karena selama di Mekah ia mengetahui bahwa Snock Horgaranye, seorang Belanda yang belajar agama Islam disana akan dikirim ke Aceh. Snock sebagai ahli agama Islam diperkirakan Belanda akan banyak membantu untuk mengalahkan Aceh.

Sementara itu Chik Pante Kulu selama di Mekah tentu sudah akrab dengan hasil-hasil karya penyair Arab. Terutama penyair dizaman Nabi Muhammad S.A.W. seperti, Hassan bin Tsabit. Maka lahirlah puisi panjang yang bertema perang yakni Hikayat Perang Sabil.

Walaupun Chik Pante Kulu telah melahirkan puisi yang dapat menggerakkan orang untuk pergi berperang, namun karyanya belum banyak dibicarakan para kritikus. Bahkan sebagai sastrawan besar yang puisinya dapat mendorong semangat perang yang bertahan selama sekitar 35 tahun mungkin agak aneh bila kita tidak menemukan nama penyair Chik Pante Kulu dalam buku sejarah kesustraan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar