Senin, 22 Maret 2010

PENYAIR AMAN TAWAR MENDENDANGKAN RADIO RIMBA RAYA

Oleh L.K.Ara

AmanTawar pengarang didong yang berdomisi di Kuyun, Kec. Celala sekali waktu memperdengarkan karyanya. Nyanyian yang disampaikannya cukup menarik bertema sejarah. Lebih khusus lagi sejarah Radio Rimba Raya satu-satunya radio di zaman revolusi yang menyuarakan suara Indonesia ke luar negeri.

Aman Tawar yang berjenggot putih seperti pengarang R.Tagore dari India atau A. Samad Said penyair dari Malysia memang amat cekatan menulis. Ia mempunyai kebiasaan membawa buku dan menulis dimana saja bila ilham datang. Sehingga ratusan karyanya berupa didong Gayo tercatat dalam sejumlah buku. Semuanya ditulis tangan lengkap dengan tanggal pembuatan.

Didong “Radio Rime Raya” ini hanya salah satu dari karya yang bercerita tentang tentang sejarah. Masih ada sejumlah didongnya yang lain yang mengandung unsur sejarah.

Pada bagian awal didong “Radio Rime Raya” diungkapkan oleh pengarang bahwa Radio Rime Raya (Radio Rimba Raya) bertugas menyampaikan berita ke semua tempat termasuk ke luar neger. Dari Rimba Raya lah berita juga disampaikan ke New Delhi di India. Selanjutnya di gambarkan pula Radio Rimba Raya lah yang menulis sejarah kebangsaan yang dapat menyampaikan berita ke luar negeri yang diawali sejak tahun 1947. Dalam didong A. Tawar disebut,

Radio rimeraya nosah sieren
Nosah pekeberen ku Luer Negeri
Ari Rimeraya keber isawahan
Kurakan-rakan ini Nyudelhi

Radio Rimeraya sejarah kebangsaan
Sidepet munentuken keber ku Luer Negeri
I awal opat tujuh mulo ni sieren
Aceh tengah Takengon I Rimeraya ni

Selanjut disebut bahwa New Delhi sebagai perwakilan yang kemudian berita disampaikan keseluruh negeri. Diceritakan lebih detail bagaimana berita secara beranting disampai pada masa perjuangan Indonesia saat itu. Disertai doa pada awal siaran lalu ucapan atas keselamatan kepada Presiden RI, Sukarno dan Hatta. Kemudian dikisahkan bagaimana seorang berpangkat mayor dengan caranya sendiri dapat menyeludupkan radio ke Indonesia yang kemudian berfungsi sebagai Radio Rimba Raya.

Ini Nyudelhi sebagai perwakilen
Keber kusawahan ku tiep negeri
Secara beranting keber isawahan
Beta perjuangan indonesiani

Sieren doa mulo I sieren
Keselamatan ku Sukarno Hatta ni
Mayor laut nos kebijaksanaan
Depet munyeludupen ni Radio ni

Siapa gerangan tokoh yang dapat menyeludupkan radio itu ke Indonesia? Disebut oleh A.Tawar seorang pahlawan yang bernama Jonly. Tokoh ini berjuang dengan gagah berani membawa radio itu melalui selat Melaka yang saat itu di jaga ketat namun selamat tiba di Aceh (Indonesia). Dalam perjalanan itu Jonly mendapat serangan berupa tembakan dari pihak musuh Belanda. Begitulah dengan bot kecil radio yang diselundupkan berhasil sampai ditempat tujuan.

Jonly sara pahlawan
Tentang perlewenen gagah berani
Iselat malaka melalu perairen
Depet iselamatan sawah ku Aceh ni

Jonly I serbu belene mien
Urum tembak-tembakan gere tekonai
Urum bot kucak radio I sangkanan
Ku cut gu aceh radio I mai

Ketika radio selundupan berhasil tiba di Aceh, ditemukan pula seorang Belanda yang bersimpati terhadap perjuangan Indonesia. Dialah yang diberi kepercayaan untuk menyampaikan berita-berita lewat Radio Rimba Raya.
Dalam perjalanan waktu radio yang memulai siaran di Aceh karena alas an keamanan kemudian dipindahkan ke Rimba Raya itu, di Kabupaten Aceh Tengah, dan kini setelah pemekaran berada di Kabupaten Bener Meriah.
Disebutkah dalam didong A.Tawar seorang tokoh yang gigih dalam peristiwa ini Bustanil Arifin.

Ku aceh besar Radio iserahan
Depet kawan belene sara mi
Wesehul kin percayaan
Muluah sieren si pane penadi

Kerna I Aceh ragu ke amanan
Radio I pinahan kurime rayani
Bustamil Aripin oya le rupen
Si kuet mulewen Indonesia ni

Diceritakan Bustanil Arifin bergabung dengan devisi 5 yang dalam perjuangan ditambah lagi dengan devisi 10. Untuk ini dikenal nama besar saat itu yakni Kol Husin Yusuf sebagai pimpinan.

Pada siaran Radio Rimba Raya juga disebut seorang tokoh lainnya ialah Ali Hasjmy. Dikatakan dalam bentuk misal betapa kuatnya gelombang laut sebagai semangat perjuangan sehingga Singapora merasa heran terhadap Indonesia.

Urum depisi lime wae gabungen
Renyel I tamahen urum depisi sepuluh ni
Kolonel Husin Yusup kepala rombongan
Renyel I sieren ku seluruh denie ni

Radio Rimeraya berunger mien
Sara tokoh ku sederen Ali Hasimi
Gelombang ni laut si kuet ilen
Singapura pe heran kin Indonesia ni

Siaran terus menerus berlangsung dengan semangat juang yang berkobar. Siara itu diterima di Malaysia, Manila, Australia hingga Eropah. Suara Radio Rimba Raya selalu mengumandangkan suara perjuangan. Begitulah enam bahasa dipancarkan sehingga luar negeri kadang-kadang merasa heran. Disana timbul harapan bahwa suara dari Indonesia masih didengarkan.

Melaya Manila Australia pe mien
Eropa pe rupen oya sarami
Radio Rimeraya berunger mien
Sejarah perjuangan gere mari-mari

Onom bahasa I luah sieren
Sana gere heran luar negeri
Radio Rimeraya mulo I aranan
Si nguk iperinen puset ni Indonesia ni

Pada bagian akhir kisah Radio Rime Raya, pengarang A. Tawar menyebutkan Radio Rime Raya hendaknya jangan dilupakan. Tak dapat rasanya dihilangkan dari ingatan karena ia sudah menanam budi. Begitulah diriwayatkan meski secara ringkas namun hendaknya dapat menjadi kenangan-kenangan untuk generasi mendatang.

Radio Rimeraya kami gere lupen
Gere terbenen sebeb gere mubudi
Ringkes riwayat ini kusawahan
Kin kenang-kenangan kugenerasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar